Mengenal Rokok
Manusia di dunia yang merokok
untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan
ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa
menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut
mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian
kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan
bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya
untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan
saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
MEROKOK adalah satu kebiasaan yang digemari sebagian manusia pada zaman
serba modern ini, malah ia menjadi keperluan kepada golongan muda yang
beranggapan merokok kononnya melambangkan kedewasaan, kematangan dan bahkan sebagai sarana bergaul dengan teman sebaya. Rokok adalah
sebuah lintingan tembakau yang memberi efek santai, tenang, penghilang rasa
pusing dan pemberi sugesti yang dapat merasa lebih jantan dan lebih tangguh. Rokok
dibedakan menjadi 2 yaitu rokok kretek dan filter,
1. Rokok kretek adalah rokok kretek merupakan
rokok yang berbahan
dasar dari tembakau asli yang telah dikeringkan dan dicampur dengan cengkeh,
kemudian bila dihisap akan berbunyi kretek-kretek, sehingga disebutlah dengan rokok
kretek. Ada yang mengatakan bahwa rokok kretek merupakan
rokok dengan bahan alami tanpa campuran apapun dan pembuatannya pun tidak dapat
menggunakan mesin pembuat rokok.
2.
Rokok filter adalah sebuah racikan tembakau dengan
berbagai elemen yang dicampurkan sebagai bahan penyedap pada rokok dan kemudian
di salah satu ujungnya diberikan sebuah gabus, yang berfungsi sebagai filter
atau penyaring.
Rokok mengandung lebih dari empat ribu
zat-zat, diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), obat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di
“kamar gas maut” bagi pesalah atau tersangka yang menjalani hukuman mati, serta
masih banyak lagi. Dan zat pada rokok
yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin,
timah hitam dan Karboni Monoksida.
Tar mengandung sekurang-kurangnya
43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen). Bahan
seperti benzopyrene yaitu sejenis policyclic aromatic hydrocarbon (PAH) telah
lama disahkan sebagai penyebab kanker.
Nikotin, seperti najis dadah
heroin, amfetamin dan kokain, bertindak balas di dalam otak dan mempunyai kesan
kepada sistem mesolimbik yang menjadi penyebab utama ketagihan. Nikotin turut
menjadi punca utama risiko serangan penyakit jantung dan strok. Hampir satu
perempat pasien penyakit jantung adalah karena kebiasaan merokok. Karbon Monoksida pula adalah gas beracun
yang biasanya dikeluarkan oleh knalpot kendaraan. Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan
10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh
adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap
rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke
dalam tubuh!
Beberapa zat
kandungan rokok lainnya dikenal mempunyai efek yang merugikan tulang dan
kulit. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Sianida adalah senyawa kimia yang
mengandung kelompok cyano.
b) Benzene juga dikenal sebagai bensol
merupakan senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna.
c) Cadmium sebuah logam yang sangat
beracun dan radioaktif yang ditemukan baterai.
d) Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol
yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol.
e) Asetilena (bahan bakar yang digunakan
dalam obor las) merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
f) Amonia ditemukan di mana-mana di
lingkungan tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
g) Formaldehida cairan yang sangat
beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
h) Hidrogen sianida adalah racun yang
digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai
zat pembuat plastik danpestisida.
i) Arsenik adalah bahan yang terdapat dalam
racun tikus.
Mengenal Bahaya Rokok
1.
DAMPAK PARU-PARU
Merokok
dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan
paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan
kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli.
Akibat
perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi
paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama
terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan
penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis,
dan asma.
Partikel
asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan
karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan
dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai
10-30 kali lebih sering.
2.
DAMPAK TERHADAP JANTUNG
Asap yang diembuskan para perokok
dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream
smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok,
sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas,
yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Merokok berakibat buruk
bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Nikotin
mengganggu sistem saraf dengan akibat
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok,
nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut
jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan
irama jantung. Nikotin dapat mengganggu kerja saraf, otak, dan banya bagian
tubuh yang lainnya. Bahkan nikotin mampu memberi rangsangan terhadap tromboit
yang tidak aktif menjadi aktif kembali dengan akibatnya terjadinya adhesi
trombosit (penggumpalan) kedinding pembulu darah.
Karbon monoksida menimbulkan
desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan
seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,
mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis
(pengapuran/penebalan dinding pembulu darah). Dengan demikian, CO menurunkan
kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah
penggumpalan darah.
Nikotin,
CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding
dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping
itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok,
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih
tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
Merokok terbukti merupakan
faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung
koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan
faktor-faktor lain, seperti hipertensi,
kadar lemak atau gula darah yang tinggi, dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa
risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada
tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan
pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
pembuluh darah perifer. PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di
tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat,
sering berahir dengan amputasi.
3. PENYAKIT
(STROKE)
Penyumbatan pembuluh darah otak
yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko
stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok. Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris,
didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada
pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan,
sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan
kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS
sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan
dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya
kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran
cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul
akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu,
keluarga, perusahaan, bahkan negara. Penyakit-penyakit yang timbul akibat
merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau
tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas
menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga
kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang
tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan
meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
4.
MENGGANGGU
KESEHATAN JIWA
Merokok
berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dalam sebuah
penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181 responden,
disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin memiliki
kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki
setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien
gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada 50% penderita
gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat jalan dan 90% dari
pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan. Berdasaran penelitian dari CASA
(Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse),
remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi
dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih
sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak
penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan
yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok
biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).
Sebagian
besar penderita depresi mengaku pernah merokok di dalam hidupnya. Riwayat
adanya depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus obat (withdrawal)
terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75%
penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat
tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka kegagalan usaha
berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.
Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).
Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).
Nikotin
sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah satu bentuk terapi untuk
gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan yang kontroversial. Gangguan
kejiwaan dapat menyebabkan seseorang untuk merokok dan merokok dapat
menyebabkan gangguan kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70%
perokok tidak memiliki gejala gangguan jiwa.
5.
MENGGANGGU
SISTIM REPRODUKSI
Studi tentang rokok dan reproduksi
yang dilakukan sepanjang 2 dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat
menyebabkan rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas
sampai usia dewasa
Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan.
pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok.
120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.
Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan.
pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok.
120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.
6. WANITA MEROKOK, MENOPAUSE DINI
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia.
“Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F. Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.
Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia.
“Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F. Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.
Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.
Hendra Rusdiawan
11144100151
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar